PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN DI LUAR NEGERI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan pelayanan
kebidanan nasional maupun internasional terjdi begitu cepat. Hal ini menunjukan
bahwa perkembangan pelayanan kebidanan merupakan hal yang penting untuk
dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan dan khususnya bidan yang bertugas
sebagai bidan pendidik maupun bidan pelayanan.
Sala satu faktor
yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan kebidanan adalah masih tingginya
mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara
berkembang dan negera miskin yaitu sekitar 25%-50% . mengingat hal diatas, maka
penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan kebidanan
karena bidan sebagai tenaga terdeapn dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu
dan bayi di berbagai catatatn pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan
enambah ilmu pengetahuanya melalui pendidikan formal dan non formal, dan bidan
berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatuhan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
B. Rumusan masalah
Bagaimanakah sejarah
perkembangan pelayanan kebidanan di luar negeri?
C. Tujuan
Untuk mendeskripsikan
dan memberi penjelasan mengenai sejarah perkembangan pelayanan kebidanan di
luar negeri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
pelayanan kebidanan
Pelayanan kebidanan
adalah seluruh tugas yang menjadi tanggungjawab praktek profesi bidan dalam
sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak
dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat dan keluarga.
B. Perkembangan
pelayanan kebidanan di luar negeri
Awal perkembangan
pelayanan kebidanan di Yunani dimulai oleh Hipocrates (460-370 SM) yang
mendapat sebutan kehormatan sebagai Bapak Pengobatan, beliau berasal dari
Yunani yang menaruh minat terhadap kebidanan. Ia menganjurkan wanita yang
sedang bersalin mendapat pelayanan yang selayaknya dengan dasar kemanusiaan dan
meringankan penderitaan wanita. Oleh karena anjuran tersebut,Yunani dan Romawi
menjadi negara yang lebih dulu merawat penderita nifas.
1. Australia
Pada tahun 1824
kebidanan masih belum dikenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris
dan Australia. Kebidanan masih banyak didominasi oleh dokter. Kebidanan dan
keperawatan di Australia dimulai dengan tradisi dan latihan yang dipelopori
oleh Florence Nightingale pada abad ke-19.
Ketidakseimbangan
seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi berkembang dengan
cepat. Hal ini menyebabkan penduduk wanita banyak yang hamil dan jarang dari
mereka yang dapat memperoleh pelayanan dari bidan maupun dokter karena status
sosial mereka. Sebagian besar wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan
selayaknya oleh masyarakat. atau pada komunitas yang terbatas, meskipun
demikian di Australia bidan tidak bekerja sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana
layaknya seorang bidan. Alasan tersebutlah, seseorang bidan baru reflek menjadi
seorang perawat dan program pendidikan serta prakteknya banyak di buka di
beberapa tempat dan umumnya dibuka
2. Amerika
Di Amerika, para bidan
berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik,
standart-standart, atau peraturan-peraturan sampai pada awal abad ke 20.
Kebidanan, sementara itu dianggap menjadi tidak diakui dalam sebagian besar
yuridiksi (hukum-hukum) dengan sebutan istiklah “nenek tua” karena hal tersebut
kebidanan akhirnya padam, profesi bidan hampir mati. Sekitar tahun 1700, para
ahli sejarah memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%.
Salah satu alasan
kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk menghilangkan
praktek sihir yang masih ada pada saat itu. Dokter memegang kendali dan banyak
dalam memberikan obat-obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual.
Sehingga wanita yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut terhadap
kematian. Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad
ke 18 banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual
wanita tidak dapat belajar dan menerapkan metode obstetric. Pendapat ini
digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai
pendukung, uang tidak terorganisir dan tidak dianggap profesional. Walaupun
statistik terperinci tidak menunjukkan bahwa pasien-pasien bidan mungkin tidak
sebanyak dari pada pasien dokter untuk kematian demam nifas atau infeksi
puerperalis, sebagian besar penting karena kesakitan maternal dan kematian saat
itu.
Pada pertengahan abad
antara tahun 1770 dan 1820, para wanita golongan atas di kota-kota di Amerika,
mulai meminta bantuan “para bidan pria” atau para dokter. Sejak awal 1990
setengah persalinan di AS ditangani oleh dokter, bidan hanya menangani
persalinan wanita yang tidak mampu membayar dokter. Dengan berubahnya kondisi
kehidupan di kora, persepsi-persepsi baru para wanita dan kemajuan dalam ilmu
kedokteran, kelahiran menjadi semakin meningkat dipandang sebagai satu masalah
medis sehingga di kelola oleh dokter. Tahun 1915 dokter Joseph De Lee
mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan bidan tidak
mempunyai peran di dalamnya, dan diberlakukannya protap pertolongan persalinan
di AS yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu, membiarkan serviks
berdilatasi memberikan ether pada kala dua, melakukan episiotomi, melahirkan
bayi dengan forcep elstraksi plasenta, memberikan uteronika serta menjahit
episiotomi.
Akibat protap tersebut
kematian ibu mencapai angka 600-700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-50% wanita melahirkan di rumah sakit. Dokter
Grantly Dicke meluncurkan buku tentang persalinan alamiah. Hal ini membuat para
spesialis obstetric berusaha meningkatkan peran tenaga diluar medis, termasuk
bidan. Pada waktu yang sama karena pelatihan para medis yang terbatas bagi para
pria, para wanita kehilangan posisinya sebagai pembantu pada persalinan, dan
suatu peristiwa yang dilaksanakan secara tradisional oleh suatu komunitas
wanita menjadi sebuah pengalaman utama oleh seorang wanita dan dokternya. Tahun
1955 American College of Nurse – Midwives (ACNM) dibuka. Pada tahun 1971 seorang
bidan di Tennesse mulai menolong persalinan secara mandiri di institusi
kesehatan.
Pada tahun 1979 badan
pengawasan obat Amerika mengatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi
dalam dosisi tinggi telah melahirkan anak-anak melahirkan anak-anak
yang mengalami kemunduran perkembangan psikomotor. Pernyataan ini membuat
masyarakat tertarik pada proses persalinan alamiah, persalinan di rumah dan
memacu peran bidan. Pada era 1980-an ACNM membuat pedoman alternatif lain dalam
homebirth. Pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang opraktek profesional
bidan, sehingga membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan praktek yang
spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur profesi tersebut. Pada tahun
1982 MANA (Midwive Alliance Of North America) di bentuk untuk meningkatkan
komunikiasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai dasar kompetensi untuk
melindungi bidan.
Dibeberapa negara
seperti Arizona, bidan mempunyai tugas khusus yuaitu melahirkan bayi
untuk perawatan selanjutnya seperti merawat bayi, memberi injeksi bukan lagi
tugas bidan, dia hanya melakukan jika diperlukan namun jarang terjadi. Bidan
menangani 1,1% persalinan di tahun 1980 : 5,5% di tahun 1994. Angka sectio
caesaria menurun dari 25% (1988) menjadi 21% (1995). Penggunaan
forcep menurun dari 5,5% (1989) menjadi 3,8% (1994). Dunia kebidanan berkembang
saat ini sesuai peningkatan permintaan untuk itu profesi kebidanan tidak
mempunyai latihan formal, sehingga ada beberapa tingkatan kemampuan, walaupun begitu
mereka berusaha agar menjadi lebih dipercaya, banyak membaca dan pendekatan
tradisional dan mengurangi teknik invasif untuk pertolongan seperti penyembuhan
tradisional.
Hambatan-hambatan yang
dirasakan oleh bidan Amerika Serikat saat ini antara lain:
a)
Walaupun ada banyak undang-undang baru, direct entry midwives masih dianggap
iolegal dibeberapa negara bagian.
b)
Lisensi praktek berbeda tiap negara bagian, tidak ada standart nasional
sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang yang
telah terdidik dan memiliki standart kompetensi yang sama.Sedikit sekali data
yang akurat tentang direct entry midwives dan jumlah data persalinan yang
mereka tangani.
c)
Kritik tajam dari profesi medis kepada diret entry midwives ditambah dengan
isolasi dari system pelayanan kesehatan pokok telah mempersulit sebagian besar
dari mereka untuk memperoleh dukungan medis yang adekuat bila terjadi keadaan
gawat darurat. Pendidikan kebidanan biasanya berbentuk praktek lapangan, sampai
saat ini mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman sebagai bidan.
Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk membentuk standart, menyediakan
sertifikat dan membuat ijin praktek. Saat ini AS merupakan negara yang
menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan
negara industri yang paling buruk dalam hasil perawatan natal di negara-negara
industri lainnya.
3. Canada
Ontario adalah
provinsi pertama di canada yang menerbitkan peraturan tentang kebidanan setelah
sejarah panjang tentang kebidanan yang ilegal dan berakibat pada meningkatnya
praktik bidan yang tidak berijin. Seperti selandia baru, wanitalah yang menginginkan
perubahan, mereka bicara tentang pilihan asuhan dan keputusan yang dibuat.
Model kebidanan yang
dipakai di ontario berdasarkan pada definisi ICM tentang Bidan yaitu seorang
tenaga yang mempunyai otonomi dalam lingkup persalinan yang normal. Bidan
mempunyai akses kepada rumah sakit maternitas dan wanita mempunyai pilihan atas
persalinan dirumah atau dirumah sakit. Selandia baru dan canada sama – sama
menerapkan model partnersip dalam asuhan kebidanan. Beberapa aspek didalamnya
antara lain : hubungan dengan wanita, asuhan kebidanan, informed choise,
informed chonsent, praktik bidan yang memiliki otonomi dan fokus pada
normalitas kehamilan dan persalinan.
Dalam membangun dunia
profesi kebidanan yang baru, selandia baru dan canada membuat suatu sistem baru
dalam mempersiapkan bidan – bidan untuk registrasi. Keduanya memulai dengan
suatu keputusan bahwa bidanlah yang dibutuhkan dalam perawatan maternitas.
Ruang ligkup praktik bidan di kedua negara tersebut tidak keluar dari jalur yang
telah ditetapkan ICM. Yaitu bidan yang bekerja dengan otonomi penuh dalam
lingkup persalinan normal, atau pelayanan maternitas primer. Bidan bekerja dan
berkonsultasi dengan ahli obstetri bila terjadi komplikasi pada ibu serta bayi
memerlukan bantuan dari pelayanan maternitas sekunder. Bidan di kedua negara
tersebut mempunyai akses fasilitas rumah sakit tanpa harus bekerja di rumah
sakit. Mereka bekerja di rumah atau dirumah sakit maternitas.
Sebelumnya, di
selandia baru ada perawat kebidanan dimana perawat dapat menambah pendidikannya
untuk menjadi seorang bidan sedangkan di canada tidak ada. Bagaimanapun kedua
negara tersebut yakin bahwa untuk mempersiapkan bidan yang dapat bekerja secara
otonom dan dapat memberikan dukungan kepada wanita untuk mengontrol
persalinannya sendiri. Penting untuk mendidik wanita yang sebelumnya belum
pernah berkecimpung dalam sistem kesehatan yang menempatkan kekuatan dan
kontrol medis. Karena itu program direct entry lebih diutamakan. Kedua
negara tersebut menggunakan dua model pendidikan yaitu pembelajaran teori dan
magang. Pembelajaran teori dikelas difokuskan pada teori dasar yaitu
pembelajaran teori dan magang. Pembelajarn teori di kelas difokuskan pada teori
dasar, yang akan melahirkan bidan – bidan yang dapat mengartikulasikan teorinya
sendiri dalam praktik, memanfaatkan penelitian dalam praktik mereka dan
berfikir kritis tentang praktik.
Dilengkapi dengan
belajar magang, dimana mahasiswa bekerja dengan bimbingan dan pengawasan bidan
yang berpraktik dalam waktu yang cukup lama. Bidan tersebut memberikan role
model yang penting untuk proses pembelajaran. Satu mahasiswa akan bekerja
dengan satu bidan, sehingga mereka tidak akan dikacaukan dengan bermacam –
macam model praktik. Mahasiswa bidan juga akan mulai belajar tentang model
partnership. Model ini terdiri dari: partnership antara wanita dan mahasiswa
bidan, mahasiswa bidan dengan bidan, mahasiswa bidan dengan guru bidan, guru
bidan dengan bidan, partnership antara program kebidanan dengan profesi kebidanan,
serta program kebidanan dengan wanita.
Partnership ini
menjaga agar program pelayanan kebidanan tetap pada tujuan utamanya, yaitu
mencetak bidan – bidan yang dapat bekerja secara otonom sebagai pemberi asuhan
maternitas primer. Selandia baru dan canada telah sukses dalam menghidupkan
kembali status bidan dan status wanita. Keselarasan antara pendidikan bidan dan
ruang lingkup praktik kebidanan adalah bagian penting dari sukses tersebut.
4. Selandia Baru
Di selandia baru telah
mempunyai peraturan mengenai praktisi kebidanan sejak 1904 tetapi lebih dari
100 tahun yang lalu, lingkup praktik bidan telah berubah secara berarti sebagai
akibat dari meningkatnya hospitalisasi dan medikalisasi dalam persalinan. Dari
tenaga yang bekerja dengan otonomi penuh dalam persalinan normal di awal tahun
1900, secara perlahan bidan menjadi asisten dokter. Dari bekerja di masyarakat
bidan sebagian besar mulai bekerja di Rumah sakit area tertentu, seperti klinik
antenatal, ruang bersalin dan ruang nifas. Kehamilan dan persalinan menjadi
terpisah. Dalam hal ini
bidan kehilangan pandangannya bahwa persalinan adalah kejadian normal dalam
kehidupan dan peran mereka sebagai pendamping kejadian tersebut. Selain itu
bidan menjadi ahli dalam memberikan intervensi dan asuhan maternitas yang penuh
dengan pengaruh medis.
Di Selandia baru para
wanitalah yang berusaha melawan model asuhan persalinan tersebut dan
menginginkan kembalinya bidan tradisional yaitu seorang yang berada disamping
mereka dalam melalui kehamilan sampai 6 minggu setelah kelahiran bayi. Mereka
menginginkan bidan yang percaya pada kemampuannya untuk menolong persalinan
tanpa intervensi medis, dan memberikan dukungan bahwa persalinan adalah proses
yang normal. Wanita – wanita di selandia baru ingin mengembalikan kontrol dalam
diri mereka, dan menempatkan diri mereka sebagai pusat kejadian tersebut, bukan
obyek dari medikalisasi.
Pada era 1980-an bidan
bekerja sama dengan wanita untuk menegaskan kembali otonomi bidan dan sama –
sama sebagai rekanan. Mereka telah membawa kebijakan politik yang diperkuat
dengan legalisasi tentang profesionalisasi praktik bidan. Sebagian besar bidan
di selandia baru mulai memilih untuk bekerja secara independen dengan
tanggungjawab yang penuh pada klien dan asuhannya dalam lingkup yang normal.
Lebih dari 10 tahun yang lalu pelayanan maternitas telah berubah secara
dramatis. Saat ini 86% wanita mendapat pelayanan dari bidan dari kehamilan
sampai nifas dan asuhan berkelanjutan yang hanya dapat dilaksanakan pada
persalinan di rumah. Sekarang disamping dokter, 63% wanita memilih bidan
sebagai salah satunya perawat maternitas, dan hal ini terus meningkat. Ada
suatu keinginan dari para wanita agar dirinya menjadi pusat dari pelayanan
maternitas.
Model kebidanan yang
digunakan di Selandia baru adalah partnershiip antara bidan dan wanita. Bidan
dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya serta wanita dengan
pengetahuan tentang kebutuhan dirinya dan keluarganya serta harapan – harapan
terhadap kehamilan dan persalinan. Dasar dari model partnership adalah
komunikasi dan negoisasi.
5. Inggris
Buku tentang praktek
kebidanan diterbitkan tahun 1902 di Inggris, dan didisain untuk melindungi
masyarakat dari praktisi yang tidak memiliki kualifikasi. Pada saat itu
sebagian besar bidan, buta huruf, bekerja sendiri, menerima bayaran untuk
pelayanan yang mereka berikan pada klien. Meskipun proporsi dari praktek bidan
yang mempunyai kualifikasi meningkat dari 30% pada tahun 1905 menjadi 74% di
tahun 1915, banyak wanita yang lebih menyukai dukun. Hal ini karena dukun lebih
murah mengikuti tradisi lokal dan memberikan dukungan domestik. Selama tahun
1920-an 50-60% wanita hanya ditolong oleh seorang bidan dalam persalinannya,
tetapi dalam keadaan gawat darurat bidan harus memanggil dokter. Pelayanan
dipusatkan pada persalinan dan nifas dan pelayanan antenatal mulai dipromosikan
pada tahun 1935.
Bidan mandiri terancam
oleh praktik lokal dan peningkatan persalinan di rumah sakit. Pada tahun 1930
perawat yang juga terdaftar memasuki kebidanan karena dari tahun 1916 mereka
dapat mengikuti kursus pendek kebidanan daripada wanita tanpa kualifikasi
sebagai perawat. Hal ini mengakibatkan penurunan status dan kekuatan bidan
karena perawat disosialisasikan untuk menangani keadaan patologis daripada
keadaan fisiologis. Meskipun direct entrynya dibuka kembali pada awal tahun
1990. semua kursus kebidanan saat ini cenderung untuk dibatasi disekitar
kualifikasi keperawatan.
Selama tahun 1980,
bidan di inggris mulai berusaha mendapatkan otonomi yang lebih dan meningkatkan
sistem melalui penelitian tentang alternatif pola perawatan. Dengan
perkembangan persalinan alternatif, bidan mulai mengembangkan praktik secara
mandiri. Selama pertengahan 1980 kira – kira ada 10 bidan yang praktik secara
mandiri di Inggris. Pada 1990 ada 32 bidan independent dan pada tahun 1994
angka perkiraan dari bidan independent adalah 100 orang dengan 80 orang
diantaranya terdaftar dalam Independent Midwifery.
6. Belanda
Seiring dengan
meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap kelahiran dan kematian,
pemerintah mengambil tindakan terhadap masalah tersebut. Wanita berhak memilih
apakah ia mau melahirkan di rumah sakit, hidup atau mati.belanda memilki angka
kelahiran yang sangat tinggi sedangkan kematian perinatal relatif rendah. Satu
dari tiga persalinan lahir di rumah dan ditolong oleh bidan dan perawat sedang
yang lain lahir di rumah sakit juga dibantu oleh bidan.
Prof. Geerit Van Kloosterman
pada konferensinya di Toronto tahun 1984 menyatakan bahwa setiap kehamilan
adalah normal dan harus selalu dipantau dan mereka bebas memilih untuk tinggal
di rumah atau di rumah sakit dimana bidan yang sama akan memantau kehamilannya.
Yang utama dan penting, kebidanan di Belanda melihat suatu perbedaan yang nyata
antara kebidanan keperawatan.
Astrid Limburg mengatakan, seorang perawat yang baik tidak
akan menjadi seorang bidan yang baik karena perawat dididik untuk merawat orang
yang sakit, sedangkan bidan untuk kesehatan wanita. Tidak berbeda dengan ucapan
Maria De Broer yang mengatakan bahwa kebidanan tidak memiliki hubungan dengan
keperawatan, kebidanan adalah profesi yang mandiri. Jadi pada prakteknya bidan
harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya
sendiri.
Pada kasus resiko
rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal, natal, post natal,
pada resiko menengah mereka selalu memberi job tersebut pada bidan dan pada
kasus resiko tinggi dokter dan bidan saling bekerja sama. Bidan di Belanda 75%
bekerja secara mandiri, karena kebidanan adalah profesi yang mendiri dan aktif.
Sehubungan dengan hal tersebut bidan harus menjadirole model dimasyarakat dan
harus menganggap kehamilan adalah sesuatu yang normal sehingga apabila seorang
wanita merasa dirinya hamil dia dapat langsung memeriksakan diri ke bidan.
Pelayanan Antenatal,
Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada perawat.
Bidan mempunyai izin resmi untuk praktek dan menyediakan layanan kepada wanita
dengan resiko rendah, meliputi antenatal, intrapratum dan post natal. Tanpa
ahli kandunagn yang menyertai mereka bekerja di bawah Lembaga Audit Kesehatan.
Bidan harus merujuk wanita dengan resiko tinggi atau kasus patologi ke ahli
Kebidanan untuk dirawat dengan baik.
Untuk memperbaiki
pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk meningkatkan kerjasama antar
bidan dan ahli kebidanan dibentuklah daftar indikasi oleh kelompok kecil yang
berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda. Daftar ini berisi riwayat
sebelum dan sesudah pengobatan. Riwayat kebidanan akan berguna dalam pelayanan
kebidanan. Penelitian Woremever menghasilkan data tentang mortalitas dan
mobilitas yang menjamin kesimpulan : dengan sistem pelayanan yang diterapkan
Belanda memungkinkan mendapatkan hasil yang memuaskan melalui seleksi wanita.
Suksesnya penggunaan daftar indikasi merupakan dasar yang penting mengapa
persalinan di rumah disediakan dan menjadi alternatif karena wanita
dengan resiko tinggi dapat diidentifikasi dan kemudian dirujuk ke Ahli
Kebidanan.
Selama kehamilan bidan
menjumpai wanita hamil 10-14 kali di klinik bidan. Sasaran utama praktek bidan
adalah pelayanan komunitas. Jika tidak ada masalah, wanita diberi pilihan untuk
melahirkan di rumah atau di rumah sakit. Karena pelayanan antenatal yang
hati-hati sehingga kelahiran di rumah sama amannya dengan kelahiran di rumah
sakit. Tahun 1969 pemerintah Belanda menetapkan bahwa melahirkan di rumah harus
dipromosikan sebagai alternatif persalinan. Di Amsterdam 43% kelahiran (catatan
bidan dan Ahli Kebidanan) terjadi di rumah. Di Holland, diakui bahwa rumah
adalah tempat yang aman untuk melahirkan selama semuanya normal.Pelayanan
Intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya
plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi
tapi tidak diizinkan menggunakan alat kedokteran. Baisanya bidan menjahit luka
perineum atau episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan.
Syntomentrin dan Ergometrin diberikan jika ada indikasi. Kebanyakan kala III
dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik tidak digunakan dalam persalinan.
Pelayanan Post partum,
di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah. Pada tahun 1988,
persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20%
persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan
sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun
semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi
proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari
teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.
7. Uni Soviet
Pelayanan antenatal di
Moskow dilakukan oleh dokter dengan beberapa perawat atau bidan yang melakukan
tugas rutin yang cukup berat, pemeriksaan urine dan sebagai asisten dokter. Di
beberapa area pedesaan bidan lebih terlibat dalam pelayanan antenatal. Angka
kematian ibu bervariasi, tetapi biasanya lebih tinggi di area pedesaan dimana
akses untuk mendapatkan pelayanan sulit. Pengelolaan masalah seperti kehamilan
yang menyebabkan hipertensi dan pre eklampsi sering terjadi. Terdapat
kekurangan pada perlengkapan monitore dan fasilitas untuk pemeriksaan yang akan
menghasilkan bentuk manajemen yang kuno. Ibu mengunjungi klinik secara rutin
setiap bulan pada umur kehamilan 12-20 minggu pada kehamilan 32-40 minggu.
Pemeriksaan urine rutin, tekanan darah dan berat badan dilakukan pada setiap
kunjungan
Pelayanan Intrapartum,
Di Moskow, beberapa persalinan terjadi di rumah, namun menurut laporan rumah
sakit ada sekitar 51 bayi yang lahir di rumah sebelum ambulan datang. Pada saat
masuk ke rumah sakit diikuti dengan berbagai peraturan, seorang ibu yang akan
bersalin tidak dianamnesa lagi tentang statusnya dan apa yang terjadi pada dirinya.
Suami tidak diperkenankan untuk menemani isterinya sampai 7 hari setelah
kelahiran bayi. Di beberapa daerah Baltic hal ini tidak dilakukan, di daerah
ini justru beranggapan bahwa ibu harus di support selama persalinan oleh suami.
Banyak dokter yang tidak yakin akan hal ini, namun sebagian lagi sudah mau
mendiskusikannya dan perubahan pola asuhan kebidanan lainnya.
Kegiatan rutin pada
saat masuk rumah sakit adalah dengan cara mengoleskan jari tangan dan kaki
dengan iodine 2% dan juga puting susu dengan Gentian Violet. Hal ini dilakukan
untuk pencegahan infeksi di unit tertentu, yang juga merupakan salah satu enema
dilakukan karena keharusan. Ruang bersalinnya juga sangat tidak ranmah dan
dingin, menghadap koridor sehingga dapat dilihat oleh orang yang berlalulalang,
toiletnya terbuka dan sangat tidak provacy.
Persalinan dilakukan
di meja persalinan dengan sikap litotomi. Nampaknya tidak ada upaya untuk
memberikan penjelasan kepada ibu mengenai apa yang sedang terjadi. Bayi
diberikan tetesan Prophylatic Albusid pada matanya sebelum diamati secara
singkat dan berlangsung di bungkus, kemudaian dibawa ke ruangan khusus yang
jauh dari ibunya. Sementara itu ibu diberi kompres es diperutnya untuk mencegah
perdarahan postpartum dan menunggu di koridor selama 2 jam sebelkum dipindahkan
ke ruangan postpartum. Bidan adalah asisten pertama dokter dan bertanggung
jawab untuk melakukan observasi rutin. Bidan lebih banyak bekerja pada rumah
sakit yang menitikberatkan pada asuhan dan persalinan normal.
8. Jepang
Pelayanan kebidanan
Jepang setelah Perang Dunia II, lebih banyak terkontaminasi oleh medikalisasi.
Dan pelayanan kepada masyarakat masih bersifat hospitalisasi. Bidan berasal
dari perawat jurusan kebidanan dan perawat kesehatan masyarakat dan bidan hanya
berperan sebagai asisten dokter. Pertolongan persalinan lebih banyak dilakukan
oleh dokter dan perawat.
Pada tahun 1987,
pendidikan bidan mulai berkembang dan berada di bawah pengawasan obstetrician. Kurikulum
yang digunakan dalam pendidikan bidan terdiri dari, ilmu fisika, biologi, ilmu
sosial dan psikologi. Ternyata hasil yang diharapkan dari pendidikan bidan
tidak sesuai dengan keinginan. Bidan-bidan tersebut banyak yang bersifat tidak
ramah dan tidak banyak menoilong dalam pelayanan kebidanan. Mereka mulai
memasang strategi untuk pemecahan masalah ini dan didorong pula oleh rasa iri,
melihat kondisi kebidanan di United Kingdom yang sudah sangat maju dan
berkembang. Kemudian mereka mulai mengadakan peningkatan pelayanan dan
pendidikan kebidanan serta mulai berusaha merubah situasi yang ada.
Pendidikan kebidanan
tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan obstetri dan neonatal, serta
meningkatkan kebutuhan masyarakat karena masih tingginya angka aborsi di
Jepang. Masalah-masalah yang masih terdapat di Jepang antara lain, masih
kurangnya tenaga bidan, dan kualitas bidan yang masih belum memuaskan.
9. Jerman
Ante Natal Care (ANC)
dan pertolongan persalinan di negara ini masih diklakuakan oleh ginekologi dan
bersifat hospitalisasi. Dengan demikian, perawatan yang berkelanjutan
continuity of care) dari pelayanan yang diberikan hampir tidak ada. Kegiatan
ANC yang dilakukan oleh ginekolog berupa USG dan periksa dalam, sementara dalam
hal palpasi dan pendidikian kesehatan dokter ginekolog masih tidak kompeten.
Dan persalinan yang dilaakukan oleh ginekolog di klinik untuk operasi harus
dihadiri oleh bidan. Bidan hanya bekerja sebagai perawat obstetri dan
obstetrician yang melakukan segalanya. Karena hal tersebutlah, bidan-bidan di
negara tersebut mulai melihat perkembangan di negara-negara Eropa, kemudian
terbentuklah program direct Entry di negara tersebut.
Aksi utama dunia di
bawah bendera penyelamatan Ibu
1. 1987 – Prakarsa penyelamatan
ibu diluncurkan di Nairobi
2. 1989 – Studi dunia pertama
mengenai kematian ibu diterbitkan (Royston dan Armstrong 1989), dan kumpulan
bukti kematian ibu di dunia dikeluarkan WHO 1991. Kumpulan bukti tersebut
merupakan ringkasan data yang dikumpulkan dari seluruh dunia disediakan oleh
Jenewa.
3. 1987 – Partograf, sebuah alat
untuk memantau persalinan dengan efektif, diluncurkan pada tahun 1990 uji coba
banyak dilakukan untuk meninjau keefektifan alat tersebut dengan hasil positif.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa peralatan mempunyai potensi yang baik dalam
penatapelaksanaan persalinan.
4. 1994 – WHO membuat paket ibu
dan bayi yaitu oanduan praktis untuk penyelamatan ibu di berbagai Negara. Dalam
paket ini diakui bahwa kunci keberhasilan penyelamatan ibu adalah petugas
kebidanan yang terlatih dengan baik yang tinggal dan bekerja di komunitas
tersebut. Paket tersebut merupakan rekomendasi kuat bagi Negara agar memberikan
prioritas kepada pembinaan ketrampilan kebidanan petugas kesehatan, khususnya
petugas yang memberikan asuhan berbasis komunitas. Rekomendasi termasuk juga
pemantapan keterampilan kebidanan di semua aspek pemberian asuhan maternitas.
Yang penting,
keterampilan tersebut harus menyertakan penatalaksanaan segera kegawatdaruratan
obstetric tertentu. Seperrti perdarahan, persalinan lama dan macet, sepsis
puerperalis, dan hipertensi pada kehamilan. Selain itu, juga merinci paket minimal
untuk perawatan maternitas dasar mengenai layanan yang harus tersedia dan
peralatan prasyarat.
5. 1996-WHO menyelenggaraan sebuah
kelompok kerja teknis untuk pelatihan normal (WHO 1996b). Kelompok kerja yang
terdiri atas ahli obstetri andal internasional dan bidan, bersama-sama meninau
bukti seluruh praktik dan intervensi yang digunakan saat ini di seluruh dunia
dalam merawat wanita yang melahirkan normal. Kesimpulan mereka menyokong temuan
yang ditemukan oleh Kelompok Epidemiologi Perinatal Oxford. Dengan mengikuti
format yang sama dengan perawatan efektif selama kehamilan dan persalinan
(Chalmers et al 1987), kelompok ini membuat daftar praktik sesuai dengan bukti
ilmiah (WHO 1996b). Dokumen ini dan dokumen penyelamatan ibu lainnya juga disediakan
oleh WHO, Jenewa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas,
maka dapat diambil kesimpulan yakni sejarah perkembangan di masing-masing
negara jelas memiliki perbedaan. Di Australia, kebidanan masih banyak didominasi
oleh dokter. Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman
tanpa pendidikan yang spesifik, standart-standart, atau peraturan-peraturan
sampai pada awal abad ke 20. Kebidanan, dianggap menjadi tidak diakui dalam
sebagian besar yuridiksi. Namun Amerika menjadi negara dengan teknologi
kebidanan tercanggih di dunia. Di Canada dan Slandia Baru menerapkan prinsip
hubungan dengan wanita, asuhan kebidanan, informed choise, informed chonsent,
praktik bidan yang memiliki otonomi dan fokus pada normalitas kehamilan dan
persalinan. Di Belanda wanita berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah
sakit, hidup atau mati.belanda memilki angka kelahiran yang sangat tinggi
sedangkan kematian perinatal relatif rendah. Satu dari tiga persalinan lahir di
rumah dan ditolong oleh bidan dan perawat sedang yang lain lahir di rumah sakit
juga dibantu oleh bidan. Di Unisoviet bidan adalah asisten pertama dokter dan
bertanggung jawab untuk melakukan observasi rutin. Bidan lebih banyak bekerja
pada rumah sakit yang menitikberatkan pada asuhan dan persalinan normal. Di
Jerman Ante Natal Care (ANC) dan pertolongan persalinan di negara ini masih
diklakuakan oleh ginekologi dan bersifat hospitalisasi. Namun seiring dengan
perkembangan zaman, negara-negara tersebut telah mengembangkan
pelayanan-pelayanan kebidanan secara maksimal. Sehingga diikuti oleh
Negara-negara lain, seperti Indonesia, Malaysia, dan negara-negara berkembang
lainnya.
B. Saran
“Tiada gading yang tak
retak”, itulah kalimat yang dapat kami ucapkan. Karena itu kami dengan lapang
dada menerima segala kritik ataupun saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Semoga materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai sejarah perkembangan
pelayanan bidan di uluar negeri.
Dafar pustaka
Purwandari
2008,KONSEP KEBIDANAN SEJARAH DAN PROFESIONALISME,Jakarta ,EGC.
Komentar
Posting Komentar