CARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN ABDOMEN PADA IBU HAMIL
CARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN ABDOMEN PADA IBU HAMIL
A. Pemeriksaan abdomen
Selama melakukan pemeriksaan abdomen harus selalu
menjaga privacy klen serta memperhatikan reaksi pasien. Pasien dipersilahkan
untuk tidur dengan posisi talentang. Dilihat apakah uterus berkontraksi/tidak?
Jika berkontraksi ditunggu dulu. Suhu tangan pemeriksa hendaknya disesuaikan
dengan suhu tubuh pasien, supaya tidak terjadi kontraksi. Untuk itu sebelum
melakukan palpasi, kedua telapak tangan dapat digosok-gosokkan terlebih dahulu
baru keumdian melakukan pemeriksaa. Dikenal ada beberapa cara palpasi antara
lain Leopold, Ahfeld, Budin,dan Knebel. Tetapi yang dikenal adalah palapsi menurut
leopold karena sudah hampir mencakup smua. Ada beberapa cara melakukan
pemeriksaan abdomen ibu hamil antara lain :
B. Mengukur tinggi fundus uteri (TFU)
Pengukuran TFU dapat digunakan untuk memperkirakan
usia kehamilan. Pengukuran TFU dapatdibantu mengidentifikasi fakto-faktor
resiko tinggi. Tinggi fundus yang stabil atau menurun dapat mengidentifikasi
retardasi pertumbuhan intera uterin, peningkatan yang berlebihan dapat
menunjukkan adanya kehamilan kembar atau hidramnion. Dengan TFU dapat digunakan
dapat untuk memperkirakan usia kehamilan dan taksiran berat janin. Ada beberapa
cara pemeriksaan TFU diantaranya :
1) Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus
dan membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis,
umbilikus atau prossus xifodeus. Menentukan TFU dengan mengkombinasikan hasil
pengukuran dari memperkirakan dimana TFU berada pada setiap minggu kehamlan
dihubungkan dengan simfisis pubis wanita, umbilikus dan ujung dari prosesus xifoid
dan menggunakan leba jari pemeriksa sebagai alat ukur. Ketidakakuratan metode
ini seperti :
a. Wanita befariasi pada jarak simfisis pubis ke prosesus sifoid, lokasi
umbilikus diantara 2 titk ini.
b. Lebar jari pemeriksa berfariasi antara yang gemuk dan yang kurus. Adapun
keuntungan metode ini :
Adapun hasil pemeriksaan TFU.
v 12 mgg 3 jari diatas simfisis
v 16 mgg per1/2an pusat-symphisis
v 20 mgg 3 jari dibawah pusat
v 24 mgg setinggi pusat
v 28 mgg 3 jari diatas pusat= 25 cm
v 32 mgg per1/2an pusat-px =27 cm
v 36 mgg 1 jari dibawah px = 30 cm
v 40 mgg 3 jari dibawa px
II. Menggunakan metlyn/
pita ukur
v Diukur dengan cara buta ( metlyn dalam keadaan
terbalik )
v TFU diukur melalui tepi atas simphisis pubis kemudian
rentangkan pita ukur hingga puncak fundud mengikuti linea medialis
dindingabdomen ibu. Leher pita harus menemplnpada dinding abdomen ibu.
v Hasil pengukuran dibaca melaui skala cm.
v Menggunakan pita pengukur yang meruakan salah satu
mtodeakurat dalam pengukuran TFU setelah 22-24 mgg kehamilan.
B..PALPASI LEOPOLD
Pada saat melakukan pemeriksaan leopold kaki klien
ditekuk agar dinding perut lebih lema. Pada pemeriksaan leopold 1 s.d leopold
3, pemeriksa menghadap kearah pasien. Sedangkan pada leopold 4 menghadan kearah
kaki klien.
a) Leopold I
v Tujuan : untuk mengetahui TFU serta menentukan bagian
janin mana yang terletak dibagian fundus.
v Teknik : uterus dibawah ketengah , kemudian
itentukan TFU dengan telapaktangan pada fundus
uteri, kemudian menentukan bagian apa yang terletak dibagian
fundus uteri. Pada letak lintang , bagian fundus teraba kosong dan
tidak teraba bagian-bagian janin., sedangkan letak membujur sungsang
pada fundus teraba kepala ( bulat, keras ,dan melintang ). Jika letak kepala ,
bagian fundus teraba bokong (kurang bulat, lunak, kurang melenting).
b) Leopold II
v Tujuan : Untuk menentukan batas samping rahim kanan
dan kiri kemudian menentukan letak punggung janin, padaletak lintang
dimana kepala janin.
v Teknik : Posisimasih sama, kedua tangan
menelusuri tepi uterus untuk menentukan bagian apa yang terletak dibagian
samping. Jika punggung teraba bagian rata (sisi bagian besar) , biasanya letak
bertentangan bagian-bagian kecil janin (ekstremitas janin ). Pda letak lintang
teraba bagian kepala pada bagia kanan/kiri ibu.
c) Leopold III
v Tujuan : untuk menentukan bagian terbawah janin serta
menentukan apakah bagian bawah janin sudah masuk panggul atau belum.
v Teknik : satu tangan meraba bagian janin
yang terletak diatas simphisis, sementara tangan yang satu menahan
fundus untuk fiksasi. Pada letak lintang siatas simphisis teraba kososng.
d) Leopold IV
v Tujuan : untuk menentukan bagian terbawah janin dan
berapa jauh janin sudah masuknpintu atas anggul.
v Teknik : kaki pasien diluruskan, pemeriksa
menghadap kearahkakipasien .Dengan kedua tangan ditentukan apa yang terdapat
dibagian bawah Menentukan apakah bagin bawah sudah masuk kedalam PAP dan
berapamasuknya bagian bawah kedalam rongga panggul. Jika kedua tangan konfergen
berartikepala blum masuk PAP, sedangkan tangn ika divergent maka kepala sudah
masuk PAP. Leopold IV tidak dilakukan jika kepala masih tinggi, leopold IV
dilakukan setelah usia kehamilan kurang lebih 6 bulan.
C.Beberapa pemeriksaan palpasi abdomen selain leopold
1. Pemeriksaan buddin : di pergunakan pada letak membujur , untuk lebiih
menetapkan dmana punggung janin. Teknik yang dilakukan fundusuteri didorong
kebawah , badan janin akan melengkung sehinggabpunggung mudah ditetapkan.
2. Pemeriksaan knebel : janindengan letak membujur didorong kesalah
satu sisi sehingga janinengisi ruangan yang terbtas, dengan
mendorong janin kesalah satu arah, punggungebih mudah untuk ditentukan.
3. Pemeriksaan menurut ahfeld : pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan
leopold III.dengan mengetahui TFU maka dapat diketahui perkiraan usia janin dan
taksiran berat janin (TBJ). Menghitung TBJ dapat menggunakan rumus johnson
tausak :
TBJ=(
mD-12/11) X 155A
mD=TFU
D. Pemeriksaan denyut jantung janin
a. Kaki ibu diluruskan sehingga punggung janin lebih dekat dengan dinding
perut ibu
b. Menentukan punctum maksimum
c. Jika presentasi kepala maka DJJ terdengar disebelah kiri/ kanan dibawah
pusat. Kalau presentasi bokong DJJ terdengar disebelah kiri/ksnsn diatas pusat.
DJJ terdengar lebih jelas disebelah punggung janin, DJJ terdengar disebelah
kanan dan sebaliknya. Pada gimeli terdengar DJJ pada 2 tempat yang sama
jelasnya dengan frekuensi yang berbeda ( perbedaan lebh dari 10x/menit)
d. Saat menghitung DJJ sambil memegang nadi ibu untuk membedakan suara aorta
ibu/DJJ.
e. DJJ dihitung selama satu menit penuh.
f. Selain menghitung frekuensi DJJ, keteraturan DJJ juga harus diperhatikan.
g. Kalau DJJ < 120 /mnt atau > 160x/mnt atau tidak teratur maka janin
dalam keadaan asphyksia.
DAFTAR PUSTAKA
Salmah,
Rusmiati,Maryanah, Susanti, NN. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal.
EGC:Jakarta.
Rustam,
M. 2008. Sinonsis Fisiologi Obstetri. EGC :Jakarta
Komentar
Posting Komentar