nonatiya

OFICIAL BLOGGER RENI SETIAWATI

CARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN ABDOMEN PADA IBU HAMIL


CARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN ABDOMEN PADA IBU HAMIL

     
                           A.            Pemeriksaan abdomen
Selama melakukan pemeriksaan abdomen harus selalu menjaga privacy klen serta memperhatikan reaksi pasien. Pasien dipersilahkan untuk tidur dengan posisi talentang. Dilihat apakah uterus berkontraksi/tidak? Jika berkontraksi ditunggu dulu. Suhu tangan pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan suhu tubuh pasien, supaya tidak terjadi kontraksi. Untuk itu sebelum melakukan palpasi, kedua telapak tangan dapat digosok-gosokkan terlebih dahulu baru keumdian melakukan pemeriksaa. Dikenal ada beberapa cara palpasi antara lain Leopold, Ahfeld, Budin,dan Knebel. Tetapi yang dikenal adalah palapsi  menurut leopold karena sudah hampir mencakup smua. Ada beberapa cara melakukan pemeriksaan abdomen ibu hamil antara lain : 
B.      Mengukur tinggi fundus uteri (TFU)
Pengukuran TFU dapat digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan. Pengukuran TFU dapatdibantu mengidentifikasi fakto-faktor resiko tinggi. Tinggi fundus yang stabil atau menurun dapat mengidentifikasi retardasi pertumbuhan intera uterin, peningkatan yang berlebihan dapat menunjukkan adanya kehamilan kembar atau hidramnion. Dengan TFU dapat digunakan dapat untuk memperkirakan usia kehamilan dan taksiran berat janin. Ada beberapa cara pemeriksaan TFU diantaranya :
1)      Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilikus atau prossus xifodeus. Menentukan TFU dengan mengkombinasikan hasil pengukuran dari memperkirakan dimana TFU berada pada setiap minggu kehamlan dihubungkan dengan simfisis pubis wanita, umbilikus dan ujung dari prosesus xifoid dan menggunakan leba jari pemeriksa sebagai alat ukur. Ketidakakuratan metode ini seperti :
a.      Wanita befariasi pada jarak simfisis pubis ke prosesus sifoid, lokasi umbilikus diantara 2 titk ini.
b.      Lebar jari pemeriksa berfariasi antara yang gemuk dan yang kurus. Adapun keuntungan metode ini :
      Digunakan jika tidak ada caliper atau pita pengukur.
      Jari cukup akurat  untuk menentukan perbedaan yang jelas antara perkiraan umur kehamilan dengan tanggal dan dengan temuan hasil pemeriksaan  serta untuk mengindikasikan perlunya pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan tidak kesesuaian dan sebab kelainan tersebut.
Adapun hasil pemeriksaan TFU.
v  12 mgg 3 jari diatas simfisis
v  16 mgg per1/2an pusat-symphisis
v  20 mgg 3 jari dibawah pusat
v  24 mgg setinggi pusat
v  28 mgg 3 jari diatas pusat= 25 cm
v  32 mgg per1/2an pusat-px =27 cm
v  36 mgg 1 jari dibawah px = 30 cm
v  40 mgg 3 jari dibawa px

                                II.   Menggunakan metlyn/ pita ukur
v  Diukur dengan cara buta ( metlyn dalam keadaan terbalik )
v  TFU diukur melalui tepi atas simphisis pubis kemudian rentangkan pita ukur hingga puncak fundud mengikuti linea medialis dindingabdomen ibu. Leher pita harus menemplnpada dinding abdomen ibu.
v  Hasil pengukuran dibaca melaui skala cm.
v  Menggunakan pita pengukur yang meruakan salah satu mtodeakurat dalam pengukuran TFU setelah 22-24 mgg kehamilan. 
B..PALPASI LEOPOLD
Pada saat melakukan pemeriksaan leopold kaki klien ditekuk agar dinding perut lebih lema. Pada pemeriksaan leopold 1 s.d leopold 3, pemeriksa menghadap kearah pasien. Sedangkan pada leopold 4 menghadan kearah kaki klien.
a)      Leopold   I
v  Tujuan : untuk mengetahui TFU serta menentukan bagian janin mana yang terletak dibagian fundus.
v  Teknik : uterus dibawah ketengah , kemudian itentukan  TFU dengan telapaktangan  pada fundus uteri,  kemudian menentukan bagian apa yang terletak  dibagian fundus uteri. Pada letak lintang , bagian fundus teraba  kosong dan tidak teraba bagian-bagian janin., sedangkan letak membujur  sungsang pada fundus teraba kepala ( bulat, keras ,dan melintang ). Jika letak kepala , bagian fundus teraba bokong (kurang bulat, lunak, kurang melenting).
b)      Leopold II
v  Tujuan : Untuk menentukan batas samping rahim kanan dan kiri kemudian menentukan letak punggung janin, padaletak lintang dimana kepala janin.
v  Teknik :  Posisimasih sama, kedua tangan menelusuri tepi uterus untuk menentukan bagian apa yang terletak dibagian samping. Jika punggung teraba bagian rata (sisi bagian besar) , biasanya letak bertentangan bagian-bagian kecil janin (ekstremitas janin ). Pda letak lintang teraba bagian kepala pada bagia kanan/kiri ibu.
c)      Leopold III
v  Tujuan : untuk menentukan bagian terbawah janin serta menentukan apakah bagian bawah janin sudah masuk panggul atau belum.
v  Teknik :  satu tangan meraba bagian janin yang terletak diatas simphisis, sementara tangan yang satu  menahan fundus untuk fiksasi. Pada letak lintang siatas simphisis teraba kososng.
d)      Leopold IV
v  Tujuan : untuk menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh janin sudah masuknpintu atas anggul.
v  Teknik :  kaki pasien diluruskan, pemeriksa menghadap kearahkakipasien .Dengan kedua tangan ditentukan apa yang terdapat dibagian bawah Menentukan apakah bagin bawah sudah masuk kedalam PAP  dan berapamasuknya bagian bawah kedalam rongga panggul. Jika kedua tangan  konfergen berartikepala blum masuk PAP, sedangkan tangn ika divergent maka kepala sudah masuk PAP. Leopold IV tidak dilakukan jika kepala masih tinggi, leopold IV dilakukan setelah usia kehamilan kurang lebih 6 bulan.

C.Beberapa pemeriksaan palpasi abdomen selain leopold
1.      Pemeriksaan buddin : di pergunakan pada letak membujur , untuk lebiih menetapkan dmana punggung janin. Teknik yang dilakukan fundusuteri didorong kebawah , badan janin akan melengkung sehinggabpunggung mudah ditetapkan.
2.      Pemeriksaan knebel :  janindengan letak membujur didorong kesalah satu sisi sehingga janinengisi ruangan  yang terbtas, dengan mendorong janin kesalah satu arah, punggungebih mudah untuk ditentukan.
3.      Pemeriksaan menurut ahfeld : pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan leopold III.dengan mengetahui TFU maka dapat diketahui perkiraan usia janin dan taksiran berat janin (TBJ). Menghitung TBJ dapat menggunakan rumus johnson tausak :
                                              TBJ=( mD-12/11) X 155A 
                                               mD=TFU

D.  Pemeriksaan denyut jantung janin
a.      Kaki ibu diluruskan sehingga punggung janin lebih dekat dengan dinding perut ibu
b.      Menentukan punctum maksimum
c.       Jika presentasi kepala maka DJJ terdengar disebelah kiri/ kanan dibawah pusat. Kalau presentasi bokong DJJ terdengar disebelah kiri/ksnsn diatas pusat. DJJ terdengar lebih jelas disebelah punggung janin, DJJ terdengar disebelah kanan dan sebaliknya. Pada gimeli terdengar DJJ pada 2 tempat yang sama jelasnya dengan frekuensi yang berbeda ( perbedaan lebh dari 10x/menit)
d.      Saat menghitung DJJ sambil memegang nadi ibu untuk membedakan suara aorta ibu/DJJ.
e.      DJJ dihitung selama satu menit penuh.
f.        Selain menghitung frekuensi DJJ, keteraturan DJJ juga harus diperhatikan.
g.      Kalau DJJ < 120 /mnt atau > 160x/mnt atau tidak teratur maka janin dalam keadaan asphyksia.




DAFTAR PUSTAKA

Salmah, Rusmiati,Maryanah, Susanti, NN. 2006.  Asuhan Kebidanan Antenatal.
                      EGC:Jakarta.
Rustam, M. 2008. Sinonsis Fisiologi Obstetri. EGC :Jakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perubahan fisik selama masa kehamilan

MAKALAH ETIKOLEGAL

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)