STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN
STANDAR PRAKTEK KEBIDANAN
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
………………………………………………………………………… i
Daftar Isi
………………………………………………………………………………. ii
Bab I
Pendahuluan………….…………………………………………………………..
Latar Belakang ………………………………………………………………… 1
Rumusan Masalah
…………………………………………………………….. 1
Tujuan
Penulisan……………………………………………………………….
1
Mamfaat
Penulisan……………………………………………………………..
1
Bab II Tinjauan Teori
…………………………………………………………………. 2
A.
Standar Praktek Kebidanan …………………………………………………… 2
1.
Standar I ( Metode Asuhan ) ……………………………………………... 2
2.
Standar II ( Pengkajian ) ………………………………………………….. 2
3.
Standar III ( Diagnosa Kebidanan ) ……………………………………..... 3
4.
Standar IV ( Rencana Asuhan ) …………………………………………... 3
5.
Standar V ( Tindakan ) ………………………………………………….... 3
6.
Standar VI ( Partisipasi Klien ) …………………………………………... 3
7.
Standar VII ( Pengawasan) ……………………………………………...... 4
8.
Standar VIII ( Evaluasi ) …………………………………………………. 4
9.
Standar IX ( Dokumentasi ) ………………………………………………. 4
Bab III Penutup
……………………………………………………………………….. 5
1.
Kesimpulan ……………………………………………………………………….. 5
2.
Saran …………………………………………………………………..………….. 5
Daftar Pustaka
…………………………………………………………………………. 6
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut Clinical Practice
Guideline (1990) Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi
dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal. Menurut
Donabedian (1980) Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai
diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah
ditetapkan. Menurut Rowland and Rowland (1983) Standar adalah spesifikasi dari
fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan
agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Dalam profesi kebidanan, standar
praktik kebidanan merupakan suatu acuan atau pedoman bagi seorang bidan dalam
melakukan sebuah tindakan. Namun, sering kali kita temukan bidan yang tidak
memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar praktik kebidanan yang telah
ditetapkan. Hal ini menimbulkan penurunan kualitas suatu pelayanan yang
diberikan oleh bidan.
Oleh sebab itu penulis membahas
mengenai standar praktik kebidanan, sehingga calon-calon tenaga bidan yang akan
datang dapat bekerja sesuai dengan standar praktik kebidanan yang telah
ditetapkan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja standar praktek kebidanan ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui tentang standar
praktek kebidanan
D.
Mamfaat Penulisan
1.
Mahasiswi mampu mengetahui tentang standar praktek kebidanan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Standar praktek kebidanan
1.
Standar I : Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan
dengan metode manajemen kebidanan dengan langkah yaitu pengumpulan data dan
analisis data, penentuan diagnosa perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan
dokumentasi.
Metode asuhan yang seharusnya digunakan itu
adalah
a.
Metode Varney : Metode managemen kebidanan yang mempunyai 7 langkah.
b.
Metode SOAP : Metode managemen kebidanan yang mempunyai 5 langkah.
2.
Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status
kesehatan kilen dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang
diperoleh dicatat dan dianalisis. Pada masing – masing metode baik Varney
maupun SOAP mempunyai langkah – langkah yang berbeda.
Pada metode Varney, pengumpulan
data ini dinamakan “Pengumpulan data dasar”. Pada langkah awal ini dikumpulkan
semua informasi data yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan klien untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesis, dan
pemeriksaan fisik.
Pada metode SOAP, pengumpulan data ini dinamakan “S” yaitu : Subjek
Menggambarkan pendokumentasia hanya
pengumpulan data klien melalui anamnesis.
Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari
hasil bertanya dari pasien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan
riwayat menaeche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan,
riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakitt keturunan, riwayat
psikososial, pola hidup.
Catatn ini berhubungan dengan masalah sudut
pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnose. Pada
orang yang bisu, dibagian data dibelakang “S” diberi tanda “O” atau “X” ini
menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnose yang akan dibuat.
Dan juga disebut “O” yaitu Objektif.
Menggambarkan pendokumentasian hasil
analisa dan fisikj klien, hasil lab, dan test diagnostic lain yang dirumuskan
dalam data focus untuk mendukung assessment.
Tanda gejala objektif yang diperoleh hasil
pemeriksaan (tanda KU, Fital Sigh, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam,
laboraturium dan pemeriksaan penunjang). Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi,
aukultasi dan perkusi. Data ini member bukti gejala klinis pasien dan fakta
yang berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur,
informasi kajian teknologi ( hasil Laboraturium, sinar X, rekaman CTG, dan lain
– lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan kedalam
kategori ini. Apa yag diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti
dari diagnose yang ditegakkan.
3.
Standar III : Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan dirumuskan
berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan. Setelah mendapat data – data
yang dianggap penting, dilanjutkan dengan mendiagnosa klien.
Pada metode Varney ini disebut
“Identifikasi terhadap diagnosis atau masalah” berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan masalah dan diagnosa yang spesifik.
Baik rumusan diagnosis maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani, meskipun
masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus mendapatkan
penanganan(Suryani, 2008; h. 99).
Kemudian juga disebut “Identifikasi
diagnosa / masalah potensial dan antisipasi penanganannya”. Pada langkah
ke-tiga ini mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan diagnosa atau
masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan (Suryani, 2008; h. 99).
Sedangkan pada metode SOAP ini disebut “A” : Assessment, yaitu :
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru
baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah – pisah,
maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa
adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin
suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat.
Menggambarkan pendokumentasian hasil
analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
1.
Diagnosa / masalah
a)
Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi klien :
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang
di dapat.
b)
Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien
terganggu, kemungkinan menggangu kehamilan / kesehatan tetapi tidak masuk dalam
diagnosa.
2.
Antisipasi masalah lain / diagnosa potensial
4.
Standar IV : Rencana asuhan
Rencana Asuhan kebidanan dibuat
berdasarkan diagnosa kebidanan. Pada metode Varney rencana asuhan dinamakan
Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Mencerminkan sifat kesinambungan
proses penatalaksanaan yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau
kunjungan prenatal periodik, tetapi juga saat bidan melakukan perawatan
berkelanjutan bagi wanita tersebut. Data baru yang diperoleh terus dikaji dan
kemudian dievaluasi. Beberapa mengindikasikan sebuah situasi kegawatdaruratan
yang mengharuskan bidan mengambil tindakan secara cepat untuk mempertahankan
nyawa ibu dan bayinya. (Suryani, 2008; h. 99)
Merencanakan asuhan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyuluh ditentukan oleh
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen kebudanan
terhadap diiagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan atau di
antisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dilengkapi
(Suryani, 2008; h. 99).
Sedangkan pada metode SOAP ini disebut “P”
: Planning yaitu perencanaan. Pada langkah perencanaan, didokumentasikan
perencanaan tindakan asuhan dan hasil evaluasi dari perencanaan asuhan.
5.
Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan
keadaan klien : tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
Pada metode VARNEY, langkah ini dinamakan,
“Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera”.
Pada saat ini bidan mengidentifikasi
perlunya tindakan segera, baik tindakan intervensi , tindakan konsultasi,
kolaborasi dengan dokter lain, atau rujukan berdasarkan Kondisi Klien. Langkah
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan yang
terjadi dalam kondisi emergensi. Dapat terjadi pada saat mengelola ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data, ternyata
kondisi klien membutuhkan tindakan segera untuk menangani/mengatasi
diagnosa/masalah yang terjadi.
Pada langkah ini mungkin saja diperlukan
data baru yang lebih spesifik sehingga mengetahui penyebab langsung masalah
yang ada, sehingga diperlukan tindakan segera untuk mengetahui penyebab
masalah. Jadi tindakan segera bisa juga berupa observasi/pemeriksaan. Beberapa
data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya
menghentikan perdarahan kala III, atau mengatasi distosia bahu pada kala II).
Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan tindakan dari seorang dokter,
misalnya terjadi prolaps tali pusat, sehingga perlu tindakan rujukan dengan
segera.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda
awal dari pre-eklamsi, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau
masalah medik yang serius, maka bidan perlu melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga
akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lain seperti pekerja sosial, ahli gizi. Dalam hal ini bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan
kolaborasi yang tepat dalam penatalaksanaan asuhan klien.
Pada penjelasan diatas menunjukan bahwa
dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah / kebutuhan yang
dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa / masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga
harus merumuskan tindakan emergency / segera yang harus dirumuskan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini tindakan segera meliputi tindakan
yang dilakukan secara mandiri kolaborasi atau rujukan.
6.
Standar VI : Partisipasi klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama / partisipasi klien dan
keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
Pada metode Varney Tindakan dinamakan
“IMPLEMENTASI” Pada langkah ini pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau bersama-sama dengan klien, atau anggota tim kesehatan lainnya kalau
diperlukan. Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi
dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan yang lain, bidan tetap memegang
tanggung jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya.(misalnya memastikan
langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana, dan sesuai dengan kebutuhan
klien).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi
dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh
tersebut. Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan
telah dilaksanakan.
7.
Standar VII : Pengawasan
Monitor / pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus
dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien. Pengawasan ini dilakukan
ketika pertama kali klien datang sampai masa matur. Pengawasan dari mulai riwayat kehamilan
sekarang, riwayat kebidanan yang lalu, riwayat menstruasi, riwayat pemakaian
kontrasepsi, riwayat kesehatan, status sosial klien, pola konsumsi makanan dan
minuman, kebiasaan yang merugikan klien, pengetahuan klien tentang kehamilannya.
8.
Standar VIII : Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan
tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah
dirumuskan.
Evalusi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam
diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut
efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses
penatalaksanaan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui pengkajian
ulang (memeriksa kondisi klien). Proses avaluasi ini dilaksanakan untuk menilai
mengapa proses penatalaksanaan efektif/tidak efektif serta melakukan
penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
9.
Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan
didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan kebidanan yang
diberikan. Ada dua model pendokumentasian, yaitu metode Varney dan metode SOAP.
Penatalaksanaan kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dan
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus
pada klien (Varney, 1997).
Dokumentasi asuhan pada ibu hamil adalah keterangan
tertulis dari seluruh proses asuhan yang diberikan kepada ibu hamil, mulai dari
pengkajian data subjektif dan objektif, rumusan diagnosis, rencana dan
pelaksanaan tindakan serta hasil evaluasinya (Mandriwati, 2008)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Standar praktek bidan dibagi atas :
1.
Standar I : Metode Asuhan
2.
Standar II : Pengkajian
3.
Standar III : Diagnosa Kebidanan
4.
Standar IV : Rencana Asuhan
5.
Standar V : Tindakan
6.
Standar VI : Partisipasi Klien
7.
Standar VII : Pengawasan
8.
Standar VIII : Evaluasi
9.
Standar IX : Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
1.
Estiwidani, Meilani, Widyasih, Widyastuti, Konsep Kebidanan. Yogyakarta,
2008.
2.
Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Kebidanan. Jakarta, 2008.
Komentar
Posting Komentar