CARA PENENTUAN JARAK KEHAMILAN
cARA PENENTUAN JARAK KEHAMILAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya Makalah
tentang Masa Antara ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan
Makalah Masa Antara ini. Kami menyadari di dalam Makalah Masa Antara ini
jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami
mengharapkan kritikdan saran dari pembaca. Akhir kata kami mengharapkan Makalah
Masa Antara ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta , 30 november
2016
DAFTAR ISI
Cover......................................................................................................................... 1
Kata
pengantar...........................................................................................................
2
Daftar
isi.................................................................................................................... 3
BAB I
Pendahuluan..................................................................................................
4
A. Latar
belakang............................................................................................... 4
B. Tujuan............................................................................................................ 5
C. Rumusan masalah.......................................................................................... 6
D. Manfaat
penulisan.......................................................................................... 6
BAB II
Pembahasan.................................................................................................. 7
A. Pengertian Jarak
kehamilan........................................................................... 7
B. Cara penentuan jarak
kehamilan................................................................... 7
C. Resiko dalam menentukan jarak
kehamilan.................................................. 10
D. Perencanaan Kehamilan yang
sehat.............................................................. 11
E. Efek jarak kehamilan terlalu dekat
pada anak............................................... 12
F. Faktor yang
mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia
Subur(PUS) 13
BAB III
Penutup....................................................................................................... 7
A. Kesimpulan....................................................................................................
17
B. Saran .............................................................................................................
17
Daftar Pustaka………………………………………………………………............18
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Jarak kehamilan adalah
suatu pertimbangan untuk menentukan kehamilan yang pertama dengan kehamilan
berikutnya. (Depkes RI,2000). Jarak kehamilan yang aman tak kurang dari 9 bulan hingga 24
bulan. Perhitungan tak
kurang dari 9 bulan, dengan syarat nutrisi si ibu baik. Hal ini ditujukan
dengan dasar pertimbangan kembalinya organ-organ reproduksi ke keadaan semula
(recovery). Kondisi energi si ibu juga belum memungkinkan untuk menerima
kehamilan berikutnya, keadaan si ibu yang belum prima ini membuat gizi janin
nya juga sedikit, hingga pertumbuhan janinnya tak memadai yang dikenal dengan
istilah PJT atau pertumbuhan Janin Terhambat.
kondisi fisik secara menyeluruh benar-benar pulih baru tiga
bulan setelah melahirkan. Kondisi perut sudah kembali sempurna, otot-otot rahim
kembali seperti sediakala, dan berbagai perlukaan pun, seperti jahitan di
daerah lahir, luka rahim, sudah sembuh. Sehingga, jika terjadi kehamilan jarak
dekat, secara teoritis diperbolehkan
Jarak kehamilan dengan kelahiran sebelumnya yang paling
baik adalah sekitar 3-4 tahun. Manfaatnya bagi ibu yang hamil dengan interval
tersebut, 1,3 kali lipat lebih mungkin terhindar dari anemia. 1,7 kali lebih
mungkin terhindar dari perdarahan selama trimester ketiga. 2,5 kali lebih
mungkin terhindar dari kematian saat melahirkan dan dapat mengakibatkan
reproduksi ASI terhenti ,orang tua jadi repot mengurusnya / belum siap sehingga dapat
memicu stress yang tidak baik bagi perkembangan janin yang dikandung .
kehamilan jarak dekat juga rentan mengakibatkan maternal
depletion syndrome, yakni terjadinya pengikisan nutrisi ibu oleh janin. Baru
saja melahirkan, disambung kehamilan lagi, membuat ibu tak memiliki cukup waktu
untuk mengembalikan cadangan nutrisi. Kehamilan jarak dekat juga bisa mengakibatkan kelahiran
prematur, penyusutan air susu ibu, bahkan setelah bayi lahir bisa terjadi
persaingan antar saudara. Pada
kehamilan jarak dekat, kemungkinan kekurangan gizi sangat besar. Jika ibu masih
menyusui bayinya maka sebaiknya segera dihentikan, karena saat menyusui,
nutrisi ibu jadi berkurang, demikian pula gizi untuk janinnya juga jadi kurang,
sehingga janin menjadi kekurangan gizi. Selain itu juga dapat menyebabkan
keguguran, dimana selama menyusui, pengaruh oksitosin pada isapan mulut bayi,
membuat perut si ibu menjadi tegang atau kontraksi, pada kehamilan muda, dapat
terjadi perdarahan atau ancaman keguguran.
Jarak
antara 2 persalinan (tahun)
|
Angka
kematian bayi dengan umur di bawah 1 tahun per 1000 lahir hidup
|
> 1
|
200
|
1-2
|
145
|
2-3
|
100
|
3-4
|
80
|
Berdasarkan data WHO.
B. TUJUAN
Tujuan umum :
Bertujuan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang jarak kehamilan.
Tujuan khusus :
a. Menjelaskan pengertian jarak
kehamilan.
b. Menjelaskan penentuan jarak
kehamilan yang baik.
c. Menjelaskan resiko dalam penentuan
jarak kehamilan.
d. Menjelaskan Perencanaan kehamilan yang sehat.
e. Menjelaskan efek jarak kehamilan terlalu dekat
pada anak.
f. Menjelaskan faktor yang mendasari penentuan jarak
kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS).
C. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian dari jarak kehamilan?
b. Bagaimana cara penentuan jarak
kehamilan yang baik?
c. Apa saja resiko dalam menentukan
jarak kehamilan?
d. Apa saja Perencanaan kehamilan yang sehat?
e. Apa saja efek bila jarak kehamilan
terlalu dekat pada anak?
f. Apa faktor yang mendasari penentuan
jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS)?
D. MANFAAT PENULISAN
1.Bagi
penulis
Dapat mengetahui materi yang dipelajari sehingga secara langsung penulis
menambah pengetahuan tentang jarak kehamilan. Penulis mengetahui betapa
pentingnya kerja sama untuk mendapatkan data dalam menyelesaikan
makalah ini.
2. Bagi pembaca
Pembaca dapat menambah wawasan tentang jarak kehamilan yang baik dan menentukan
kehamilan yang sehat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jarak kehamilan
Pengertian jarak
kehamilan:
a. kehamilan adalah pertumbuhan dan
perkembangan janin intra
uterine mulai sejak konsepsi
dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuba,1998).
b. Jarak adalah ruang sela ( panjang
jauh ) antara dua benda atau tempat ( Tim penyusun kamus pusat bahasa
Indonesia, 2001).
c. Jarak kehamilan adalah suatu
pertimbangan untuk menentukan kehamilan yang pertama dengan kehamilan
berikutnya. (Depkes RI,2000)
2. Penentuan Jarak Kehamilan
Penentuan jarak
kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau memberi batasan sela antara
kehamilan yang lalu dengan kehamilan yang akan datang (Alwi, 2005).
Penentuan jarak
kehamilan merupakan salah satu cara untuk menentukan berapa jarak yang akan
direncanakan diantara kehamilan satu dengan yang lain (Dwijayanti, 2005).
Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar pasangan dapat
lebih menerima dan siap untuk memiliki anak. Perencanaan pasangan kapan untuk
memiliki anak kembali, menjadi hal penting untuk dikomunikasikan (Masyhuri,
2007).
Keinginan keluarga untuk
memiliki anak sangat erat kaitannya dengan pandangan masing-masing keluaga
tentang pandangan masing-masing keluargatentang nilai anak (value of
children). Semakin tinggi tanggung jawab keluarga terhadap nilai anak maka
semakin tinggi pula dorongan keluarga untuk
merencanakan jumlah anak
ideal (BKKBN, 2007).
Keluarga yang
berkualitas akan lebih mudah diwujudkan apabila pasangan yang menikah mempunyai
:
a. Kematangan biologis sehingga secara
fisik matang untuk dibuahi dan
memelihara kehamilannya
b. Kematangan psikologis dimana secara
emosi dan kejiwaan cukup matang
untuk menjadi ayah dan
ibu
c. Kematangan ekonomi dalam arti
memiliki kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan materil,
termasuk memelihara kesehatan, pendidikan serta sosial.
Menentukan jarak
kehamilan tidak semua pasangan usia subur mengetahui secara jelas manfaatnya
buat kehidupan jangka panjang yang lebih baik. Maka yang paling penting dalam
hal ini adalah meningkatkan peran suami istri dalam memahami betul manfaat
menentukan jarak kehamilan. Dimana, terdapat keadaan bahwa jarak kehamilan yang
diinginkan sebagian besar wanita di negara berkembang tersebut tidak selalu
terpenuhi. Hal itu diakibatkan beberapa faktor yang mungkin sangat kompleks
sifatnya seperti faktor sosial budaya serta pengambilan keputusan yang
dilakukan tidak oleh istri, akan tetapi oleh anggota keluarga lainnya seperti
suami atau ibu mertua. Kejadian ini masih terjadi di Indonesia, terutama di
beberapa daerah pedalaman yang masih kuat nilai-nilai tradisionalnya. Padahal
tertulis dalam hak-hak reproduksi yang mengatakan bahwa setiap orang berhak
untuk menentukan jumlah anak yang dimiliki serta
jarak kehamilan yang
diinginkan (Diana, 2007).
Dalam merencanakan dan
mengatur jarak kehamilan, perencanaan pasangan dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor baik dari segi kematangan ekonomi, umur pasangan, pengaruh sosial
budaya, lingkungan, pekerjaan maupun status kesehatan pasangan (Susan,
2006).Faktor usia juga merupakan salah satu faktor dalam menentukan jarak
kehamilan dimana pada saat merencanakan kehamilan yang harus dihindari antara
lain empat T yaitu (Manuaba, 1998) :
1. Terlalu muda untuk
hamil (< 20 tahun)
2. Terlalu tua untuk
hamil (> 35 tahun)
3. Terlalu sering hamil
(anak > 3 orang berisiko tinggi)
4. Terlalu dekat jarak
kehamilannya (< 2 tahun)
Oleh karena faktor usia,
di Indonesia wanita di atas usia 30 tahun banyak yang memilih jarak pendek
untuk melahirkan anak sebelum mereka berumur 35 tahun ke atas (Yolan, 2007).
Faktor usia merupakan
faktor penting dalam menentukan jarak kehamilan,terutama bagi wanita bila
berusia 38 tahun dan masih menginginkan 2 orang anak maka tidak bisa hamil
dengan jarak umur tiga tahun antara yang satu dengan yang lain, bila usia
dibawah 30 tahun dan tidak mempunyai masalah kesehatan yang membahayakan
kehamilan maka masih mempunyai kesempatan untuk mengatur jarak kehamilan
(Dwijayanti, 2005).
Keberhasilan beberapa
negara maju yang wanitanya berpendidikan lebih tinggi cenderung menggunakan
kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan. Karena umumnya mereka menyadari
perlunya mengatur jarak kehamilan (Diana,2007).
Peningkatan partisipasi
pasangan di bidang pendidikan akan berdampak pada pembatasan jumlah dan jarak
anak yang dilahirkan, terutama disebabkan meningkatnya kesadaran dan tanggung
jawab dalam hidup berumah tangga (Bappenas, 2007).
Aspek ekonomi juga
faktor yang tak kalah penting, jika tidak direncanakan terutama soal penyiapan
dananya, bisa juga berakibat fatal. Salah satu keuntungan dalam mengatur
penentuan jarak kehamilan adalah dari segi ekonomi sosial yaitu meningkatkan
derajat kualitas hidup perempuan secara menyeluruh (Diana, 2007).
Study menunjukkan pada
umumnya pasangan yang tidak mau mempunyai anak beralasan bahwa mereka tidak
cukup mampu menyediakan dukungan yang layak untuk membesarkan anak sebagaimana
mestinya. Dengan persiapan mental maupun ekonomi dari pasangan akan mempermudah
pasangan untuk menentukan jarak kehamilan (Zeverina, 2007).
3. Jarak Kehamilan
Kehamilan merupakan saat
yang paling tepat untuk saling berbagi dan merencanakan apa yang akan dilakukan
sebagai calon orangtua. Upaya perencanaan dalam keluarga yakni menentukan
jumlah anak dan jarak kehamilannya merupakan hal yang umum dilakukan, terutama
oleh keluarga keluarga muda baik diperkotaan maupun di pedesaan. Kesadaran akan
pentingnya perencanaan keluarga ini biasanya dikaitkan dengan konsep
perencanaan keluarga, pasangan muda dianggap lebih siap baik secara mental,
spiritual maupun finansial dalam menata masa depan anak-anak mereka. Tentu saja
pandangan ini masih bisa di pertanyakan mengingat penataan masa depan keluarga
sangat berkaitan dengan banyak faktor (Sugiri, 2007).
Di masyarakat masih
berlaku kebiasaan dimana sebagian besar suami-istri hanya berbincang tentang
ukuran keluarga ketika ingin menambah jumlah anak, tetapi tidak detail hingga
menyentuh masalah kesiapan istri untuk menerima kehamilan baru (Rahima, 2003).
Secara medis, rahim
sebenarnya sudah siap untuk hamil kembali tiga bulan setelah melahirkan. Namun
berdasarkan catatan statistik penelitian bahwa jarak kelahiran yang aman antara
anak satu dengan lainnya adalah 27 sampai 32 bulan. Pada jarak ini si ibu akan
memiliki bayi yang sehat serta selamat saat melewati proses kehamilan (Agudelo,
2007).
Penelitian The
Demographic and Health Survey, menyebutkan bahwa anak-anak yang dilahirkan 2-5
tahun setelah kelahiran anak sebelumnya, memiliki kemungkinan hidup sehat 2,5
kali lebih tinggi daripada yang berjarak kelahiran kurang dari 2 tahun, maka
jarak kehamilan yang aman adalah 2-5 tahun (Yolan,2007).
4. Resiko dalam Menentukan Jarak
Kehamilan
Wanita yang melahirkan
dengan jarak yang sangat berdekatan (< 2 tahun)
akan mengalami resiko
antara lain (Yolan, 2007) :
a. Resiko perdarahan trimester III
b. Plasenta previa
c. Anemia
d. Ketuban pecah dini
e. Endometriosis masa nifas
f. Kematian saat melahirkan
g. Kehamilan dengan jarak yang terlalu
jauh juga dapat menimbulkan resiko
h. tinggi antara lain persalinan lama.
Dengan adanya resiko
dalam menentukan jarak kehamilan maka diperlukan penelitian tentang hubungan
umur, pendidikan maupun ekonomi terhadap penentuan jarak kehamilan.
5. Perencanaan Kehamilan yang
Sehat
Perencanaan berkeluarga
yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian
maternal. Menjaga jarak kehamilan tak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari
sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologis keluarga
(Sugiri, 2007).
Salah satu perencanaan
kehamilan antara lain dengan mengikuti program Keluarga Berencana (KB). KB
memberi kepada pasangan pilihan tentang kapan sebaiknya mempunyai anak, berapa
jumlahnya, jarak antar anak yang satu dengan yang lain, dan kapan sebaiknya
berhenti mempunyai anak (Yolan, 2007).
- Fase-fase dalam mengatur
kehamilan
Dalam mengatur jarak
kehamilan kita dapat menggunakan kontrasepsi sesuai
dengan fase-fase berikut
ini yaitu (Manuaba, 1998) :
a. Fase menunda kehamilan
Pada fase ini, pasangan
dapat memilih metode kontrasepsi antara lain :
Ø Metode sederhana yaitu dengan menggunakan kondom, pantang berkala,
pemakaian spermisid, dan
senggama terputus
Ø Pil KB yaitu pil progestin atau pil kombinasi
Ø Suntikan KB yaitu suntikan progestin atau suntikan kombinasi
b. Fase menjarangkan kehamilan
Ø Metode sederhana yaitu dengan menggunakan kondom, pantang berkala,
pemakaian spermisid, dan
senggama terputus
Ø Metode mekanis yaitu Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
c. Fase mengakhiri kehamilan
Ø Metode MKE termasuk kontap
Ø Metode sederhana
6. Efek jarak kehamilan terlalu
dekat pada anak
Jarak kehamilan atau
kelahiran yang berdekatan juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama secara
fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan
berbagi kasih sayang dari orang tuanya (Yolan, 2007). Banyak kakak-beradik dengan
jarak kehamilan ataukelahiran terlalu pendek menimbulkan sikap iri atau
cemburu. Seperti kakak tidak gembira atas kehadiran si kecil, justru sering
menganggapnya musuh karena
merampas jatah kasih
sayang orang tuanya (Diana, 2007).
Persiapan secara
mental untuk si kakak sangat penting dilakukan oleh orang tuanya terutama si
ibu agar nantinya tidak merasa tersisih, yaitu dengan cara (Yanti, 2007):
1. Menjelaskan padanya
secara natural bahwa kehadiran adiknya nanti tidak akan membuat perhatian
orangtua padanya berkurang bahkan mungkin akan semakin sayang.
2. Semakin besar usia
anak maka akan semakin mudah bagi orangtua untuk menjelaskannya. Ia mungkin
tertarik dengan penjelasan mengenai apa yang akan terjadi dengan tubuh ibu dan
apa yang ada dalam perut ibu nantinya.
3. Berjanji pada si
kakak bahwa kelak ia akan dilibatkan saat orangtua akan memilih nama untuk si
adik juga pada saat akan membelikan perlengkapan untuk si adik serta saat
mengasuhnya.
Dengan adanya efek dari
jarak kehamilan maka dilakukan penelitian tentang penentuan jarak kehamilan.
7. Faktor yang mendasari
penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia
Subur (PUS)
a. Umur
Terkejar oleh faktor
usia, di Indonesia wanita di atas usia 30 tahun banyak yang memilih jarak
pendek untuk melahirkan anak sebelum mereka berusia 35 tahun keatas (Yolan,
2007).
Faktor usia merupakan
faktor penting dalam menentukan jarak kehamilan,
terutama bagi wanita
bila berusia 38 tahun dan masih menginginkan 2 orang anak maka tidak bisa hamil
dengan jarak umur tiga tahun antara yang satu dengan yang lain, bila usia
dibawah 30 tahun dan tidak mempunyai masalah kesehatan yang membahayakan
kehamilan maka masih mempunyai kesempatan untuk mengatur jarak kehamilan
(Dwijayanti, 2005).
Berdasarkan hasil
penelitian Amiruddin (2006) dari 70 responden mayoritas responden berumur 20-30
tahun memilih jarak kehamilan 2-5 tahun sebanyak 51 orang (72,8%) dan hanya 9
orang (12,8%) yang memilih jarak kehamilan <2 tahun.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah proses
menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran.
Tingkat pendidikan yang tinggi menjadi dasar keberhasilan dalam bisnis atau
bidang profesi, yang akan membuka jalan bagi individu bersangkutan untuk menjalin
hubungan dengan orang yang statusnya lebih tinggi. Implikasinya, semakin tinggi
pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas (Hurlock, 1999).
Beberapa negara maju
yang wanitanya berpendidikan lebih tinggi cenderung menggunakan kontrasepsi
untuk mengatur jarak kehamilan. Karena umumnya mereka menyadari perlunya
mengatur jarak kehamilan (Diana, 2007).
Peningkatan partisipasi
pasangan di bidang pendidikan akan berdampak pada pembatasan jumlah dan jarak
anak yang dilahirkan, terutama disebabkan meningkatnya kesadaran dan tanggung
jawab dalam hidup berumah tangga (Bappenas, 2007). Menurut Lukman (2008) juga
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula
pengetahuannya.
c. Ekonomi
Study menunjukkan pada
umumnya pasangan yang tidak mau mempunyai anak beralasan bahwa mereka tidak
cukup mampu menyediakan dukungan yang layak untuk membesarkan anak sebagaimana
mestinya. Dengan persiapan mental maupun ekonomi dari pasangan akan mempermudah
pasangan untuk menentukan jarak kehamilan (Zeverina, 2007). Salah satu
keuntungan dalam mengatur jarak kehamilan adalah dari segi ekonomi sosial yaitu
meningkatkan derajat kualitas hidup perempuan secara menyeluruh.
Selain kesehatan dan
kejiwaan, aspek ekonomi juga tak kalah penting. Jika tidak direncanakan
terutama soal penyiapan dananya bisa juga berakibat fatal (Diana, 2007).
Oleh karena itu
persiapan pasangan baik dari segi fisik maupun psikis sangatlah penting untuk
menentukan jarak kehamilan pada pasangan usia subur.
d. Sosial budaya
Budaya merupakan
pelaksanaan norma-norma kelompok tertentu yang dipelajari dan ditanggung
bersama. Yang termasuk di dalamnya adalah pemikiran, penuntun, keputusan dan
tindakan atau perilaku seseorang. Selain itu nilai budaya adalah merupakan
suatu keinginan individu atau cara bertindak yang dipilih atau pengetahuan
terhadap sesuatu yang dibenarkan sepanjang waktu sehingga mempengaruhi tindakan
dan keputusan (Leiningger, 1985).
Pengaruh sosial budaya
juga terlibat dalam perilaku perawatan keluarga yang memiliki anak. Mempunyai
anak merupakan pengalaman hidup yang kritis dan penuh dengan kepercayaan dan
praktek-praktek tradisional (Alfonso, 1979 dalam Bobac dan Jansen, 1997).
Dalam perencanan
kehamilan keputusan pasangan dapat dipengaruhi oleh budaya yang ada, seperti
pengambilan keputusan dalam menentukan jumlah anak dan jarak antara kehamilan
yang dilakukan tidak oleh istri, akan tetapi oleh anggota keluarga lainnya
seperti suami atau ibu mertua. Kejadian ini masih terjadi di Indonesia terutama
di beberapa daerah pedalaman yang masih kuat nilai tradisionalnya (Diana, 2007).
e. Sumber informasi
Sumber informasi adalah
segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi (Alwi, 2005).
Dengan memberikan
informasi tentang bagaimana cara hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara
menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya kesehatan. Selanjutnya dengan pengetahuan yang dimilikinya
akan menimbulkan kesadaran masyarakat dan akhirnya akan menyebabkan orang
berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Nugraha (2007)
salah satu faktor yang mendasari pasangan memilih jarak anak yang dekat adalah
karena kurangnya informasi tentang dampak jarak kehamilan yang terlalu dekat.
Dengan pengetahuan dan
informasi tentang kehamilan yang aman akan memudahkan pasangan untuk mengambil
keputusan kapan saat yang tepat untuk menentukan berapa jumlah anak serta jarak
kehamilan yang aman (Yanti, 2007).
f. Status kesehatan
Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Hanafiah, 1999). Status kesehatan
sangat mempengaruhi perilaku dan tindakan seseorang sehari-hari.
Pasangan yang tidak
mempunyai masalah kesehatan yang membahayakan kehamilan maka masih mempunyai
kesempatan untuk mengatur jarak kehamilan(Dwijayanti, 2005).
Dari beberapa faktor
yang mendasari penentuan jarak kehamilan diatas, yang akan dibahas oleh
peneliti adalah faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan berdasarkan
umur, pendidikan dan ekonomi.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Jarak kehamilan adalah
suatu pertimbangan untuk menentukan kehamilan yang pertama dengan kehamilan
berikutnya. (Depkes RI,2000).
Penentuan jarak
kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau memberi batasan sela antara
kehamilan yang lalu dengan kehamilan yang akan datang (Alwi, 2005).
b. Saran
Dengan penentuan jarak
kehamilan yang baik dan benar mendapatkan dampak positif bagi ibu atau
pun anak satu dengan yang lain,dan mengurangi resiko anemia pada ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar